Monday, November 19, 2012

(calon) Ketua OSIS Labschool


RADITYO YUNUS UTOMO WICAKSONO (TYO)
XI IPS 2
Salatiga, 25 September 1996
Musik (gitar), basket, bulutangkis, cubing, online
“Think-pray-act!”

VISI
OSIS SMA  Lab menjadi penyalur aspirasi, sarana pengembangan kreativitas dan  peningkatan prestasi siswa dengan spiritualitas Kristen.

MISI
1.       Menyalurkan aspirasi siswa tanpa memandang perbedaan-perbedaan.
2.       Mengembangkan kreativitas siswa menghadapi perubahan dan persaingan.
3.       Meningkatkan prestasi siswa baik di bidang akademik dan non-akademik.
4.       Mengembangkan spiritualitas Kristen.

Program :
·         Penyediaan E-box/Kotak Saran Elektronik (Facebook, Twitter)
·         Rembuk Warga SMA Lab
·         Crazy Day
·         Lab Cup V
·         Bulan Bahasa
·         Lomba Cerdas Cermat Tematik Antarkelas
·         Liga Lab
·         Perayaan Paskah
·         Perayaan Natal
·         Renungan Bulanan Pengurus OSIS
·         Aksi Sosial

Thursday, July 5, 2012

Video Cover Pertama :D

Bosen dengan channel Youtube gue yang isinya kebanyakan video cubing, kemaren malem iseng-iseng coba cover lagu. Bingung mau cover lagu apa, akhirnya gue pilih Coboy Junior-Kamu, di-combined dikit sama Princess-Jangan Pergi sama Cherrybelle-Love is You.
Seadanya doang sih, gue gak bisa nyanyi seindah Regina Idol atau Sean Idol. Hahaha.
Check this out :
http://www.youtube.com/watch?v=5r3hVNPoQhA

andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo

Tuesday, July 3, 2012

Tompi-Salahkah

Salahkah, bila ku mendua
Salahkah, bila rasaku menghilang
Dan aku tak lagi merasa engkau ada
Dan cintaku seolah jenuh akan hatimu

Kasih tinggalkanlah diriku 'tuk selamanya
Biarkanku sendiri
Cukup bagi diriku, melukai hatimu
Kasih tinggalkanlah diriku 'tuk selamanya
Biarkan aku
Mungkin kau akan bahagia dengan dia yang lain

Tak perlu kau memohon untuk kembali
Tak perlu kau memohon cintaku
Tiada lagi ruang di hatiku
Yang tersisa untukmu

Kasih tinggalkanlah diriku 'tuk selamanya
Biarkanku sendiri
Cukup bagi diriku, melukai hatimu
Kasih tinggalkanlah diriku 'tuk selamanya
Biarkan aku
Mungkin kau bahagia bila dengan yang lain

Sungguh ku pun tak bisa, untuk tetap mencintaimu
Sungguh ku takkan bisa, untuk selalu menyayangimu
Sungguh ku tak bisa, untuk tetap mencintaimu selamanya
Pergilah kasih tinggalkan aku

Kasih tinggalkanlah diriku 'tuk selamanya
Biarku sendiri
Cukup bagi diriku melukai hatimu
Kasih tinggalkanlah diriku 'tuk selamanya
Biarkan aku

Mungkin kau akan bahagia dengan dia yang lain

andapintarsayakoplo


Radit bin Dwiprasetyo

Sunday, June 24, 2012

Yonex SHB 65 FT

Yonex SHB 65 FT, sepatu baru gue buat bulutangkis. Udah lama banget ngidam punya sepatu ini, sejak zamannya Axiata Cup, ada beberapa atlet yang pake SHB 86 yang mirip sama SHB 65 FT. Beda di harga. Yang 86 harga 1 jutaan, yang 65 harga 200an. Hahaha :D
Buat ngedapetin sepatu ini, gue harus naik motor boncengan sama papa, naik vespa tuanya, dari Salatiga ke Ambarawa (40 menit perjalanan). Emang di Salatiga gak ada? Ada sih, tapi harga lebih tinggi -_- Yaudah deh rela capek naik motor, sekalian jalan-jalan B)
Ini dia penampakannya :

Beli di Akur Sport Ambarawa, punya si Adi, dengan harga 250 ribu. Sampai sana, gue bayar 250 ribu, eh dikembaliin 10 ribu. Ya alhamdulillah langsung cabut beli pecel Mbok Kami yang super ueeeennnaaaakkk.

andapintarsayakoplo


Radit bin Dwiprasetyo

Saturday, June 9, 2012

Me = Member of Social Squad

Sekarang udah masuk di bulan Juni, tahun 2012. Maka ini adalah musimnya belalang dan kupu-kupu untuk kawin silang. Engga, ini adalah musim liburan! Waktu yang ditunggu-tunggu pelajar-pelajar bodoh dan malas untuk sedikit melupakan, atau bahkan melupakan total studi mereka. Berbeda dengan mereka, para jenius-jenius cupu berkacamata merasa ini adalah waktu yang membosankan untuk hanya menetap di rumah dan ga bisa ketemu guru idola mereka.

'Iiiiihhh, apa enaknya sih libur, enakan juga di sekolah, belajar, cari nilai biar gampang nyari kuliahan, kerja mulus, kaya.'
Mereka anak jenius matre.

Gue sendiri sebagai pelajar yang ga begitu bodoh (FYI, IQ gue 129, clever enough?) suka banget sama yang namanya liburan. Tapi gue juga suka sekolah. Gue cinta guru-guru gue. Gue pengen nikahin mereka semua! Engga, gue ga separah itu.

Waktu gue nulis cerita ini, gue masih kelas X. Dan sekarang, gue duduk di bangku kelas.....X. Ya, ini masih menjelang libur dari kelas X ke kelas XI, dan bulu kaki gue masih botak. Itu sebuah pengakuan, serius. Ini libur pertama gue di SMA. Tingkatan pendidikan dengan seragam yang paling sempurna, setelah gue menikmati pake seragam playgroup, TK, SD dan SMP. Di SMA inilah gue mulai merasa kebingungan. Bukan karena pelajaran, karena gue cukup pinter (ini bukannya sombong, tapi kenyataan), tapi di kelas X inilah gue harus menemukan jati diri gue. Jadi banci biasa, banci super, banci istimewa pake telor, homo tak berbulu kaki, homo berambut mohawk, homo merangkap banci, atau apa?! Eh engga, gue masih normal, jangan ambil kelaki-lakianku terlalu cepat Tuhan.
Di kelas inilah gue harus bisa nentuin buat masuk jurusan IPA, IPS atau bahasa di kelas XI nanti. Dan kayaknya gue prefer ke IPS. Mengapa? Sebenernya nilai IPA dan bahasa gue bagus, cuman gue ga suka guru di IPA. Kan kata orang kalo ga suka sama gurunya pelajaran juga ga bakal masuk di otak, apalagi ke hati. Lalu bahasa, gue ngerasa kecil kemungkinan gue buat sukses di masa depan kalo gue konsentrasi sama bidang kebahasaan. Entah mengapa. Tuhan yang tahu, gue yang tempe.

Final decision : IPS

andapintarsayakoplo


Radit bin Dwiprasetyo

Tuesday, April 24, 2012

Kesetiakawanan Memberi Pelajaran

Jumat, 20 April 2012, aku dan kawan-kawan X5 berhasil membuat kami semua akhirnya mendapat tugas menggarap tulisan ini. Tugas yang sangat asing dan langka bagi pelajar yang sebenarnya tidak bandel, seperti kami. Ini kali pertama bagiku dan teman-teman menulis tentang “Kedisiplinan, Ketertiban dsb” sebanyak minimal 5 halaman folio. Dan yang mungkin paling tidak disukai oleh semua anak adalah tugas ini harus: DITULIS TANGAN!
Kelas X5 tahun ajaran ini bagi kami adalah kelas yang kompak dan tersolid dari kelas-kelas lain (mungkin siswa kelas lain juga menganggap kelas mereka begitu). Kami kerap melakukan sesuatu bersamaan, termasuk yang kami lakukan di hari Jumat kemarin: MEMBOLOS! Bisa dibilang bukan membolos, tetapi ‘cabut dari sekolah setelah sebelumnya sempat berangkat ke sekolah’.
Itulah maksud judul tulisanku kali ini. Memang, kesetiakawanan itu baik dalam menjalin persahabatan, termasuk juga dengan teman sekelas. Tetapi membolos bukanlah hal yang baik untuk dilakukan, sekalipun itu atas dasar ‘kesetiakawanan’. Ya, rasanya semua orang juga tahu membolos adalah pelanggaran terhadap tata tertib, apapun instansinya. Membolos dan kemudian mendapat tugas menulis seperti ini adalah pengalaman berharga bagiku. Aku tak menganggapnya sebagai cobaan atau ujian atau penyikasaan, dsb. Aku mencoba menikmatinya dan berjanji dalam hati agar tidak mendapatkan tugas seperti ini. Tapi, kalau tadi sudah dijelaskan bahwa X5 bukan kelas bandel, mengapa X5 membolos ? Begini ceritanya:

Di hari Jumat yang ‘kecepit’ itu, 23 penghuni X5 berangkat ke sekolah untuk mengikuti kegiatan belajar-mengajar seperti biasa. Hari ‘kecepit’? Ya, hari Jumat kali itu adalah satu-satunya hari dimana kami harus berangkat ke sekolah setelah libur 4 hari karena kakak-kakak kelas XII menghadapi UN, dan di hari Sabtu adalah libur di Lab School. Sehari sebelumnya aku sudah menduga bahwa di hari Jumat itu sekolah akan sepi, karena siswa lain ‘bablas’ liburan seminggu. Dugaanku benar, kelas-kelas lain benar-benar sepi. Kurang dari 10 orang yang berangkat di kelas lain, kecuali X5 dan X4 kurasa. Otomatis proses belajar-mengajar di kelas-kelas ‘nakal’ itu tidak berjalan optimal. Bahkan, banyak dari antara mereka yang akhirnya kabur dari sekolah, sehingga guru pun tak mengajar di kelas mereka dengan siswa yang tersisa sangat sedikit, berbeda dengan X5 yang diisi 23 siswa kala itu.
Di X5, proses belajar-mengajar tetap dilakukan, normally. Hal inilah yang membuat seisi kelas mendadak tidak mood untuk mengikuti kelas. Kami sempat mengikuti pelajaran Bahasa Inggris dan Sejarah sebelum Istirahat I dan Matematika setelahnya. Kami sudah berniat untuk kabur dari sekolah sejak pagi, tapi kami tak berani menghindari pelajaran wali kelas kami, Matematika. Akhirnya, kami baru benar-benar memantapkan niat kami untuk keluar dari kelas seusai Matematika. Bu Jatu keluar kelas, 5 menit berlalu dan guru selanjutnya belum masuk. Akhirnya kami melempar tas kami keluar jendela, dan loncat keluar melalui jendela untuk menghindari guru yang bisa saja kami temui jika kami kabur lewat koridor.
Proses ‘minggat’ sukses! Kami sangat senang bisa keluar dari ‘ketidakadilan’ bagi kami itu. Tapi rasa deg-degan juga menyelimuti kami. Aku tidak pernah membolos sebelumnya, otomatis ada perasaan janggal ketika keluar dari pintu GOR dan beranjak pergi dari sekolah bukan pada waktu pulang sekolah. Untuk menenangkan diri, akhirnya aku dan kawan-kawan sekelas pergi ke rumah Karin yang tak jauh dari sekolah, yang kebetulan juga warung makan. Kami makan dan minum sambil mencoba memperkirakan apa yang akan kami dapatkan di hari Senin. Teguran kah? Amukan kah? Atau tak mendapatkan apa-apa? Itu harapan kami.
Tapi akhirnya aku sadar, apa yang kami lakukan(membolos) bukanlah hal yang baik. Lari dari tanggung jawab sebagai pelajar, benar-benar bukan tindakan terpuji. Sepulang dari rumah Karin, kami berpisah. Ada yang pulang ke rumah, main game online, makan siang di kafe, dan nongkrong di kampus. Nongkrong di kampus? Bagaimana jika guru lewat dan menegur? Yang ada dalam pikiranku dan teman-teman adalah: kami memakai baju bebas di hari Jumat, orang-orang pasti mengira kami mahasiswa, bukan anak SMA.
Ya, aku, Bram, Hadi dan Jordi beranjak pergi ke kampus dengan maksud ingin menonton Pekan Olahraga Mahasiswa di lapangan basket kampus. Tak menemukan apa yang kami cari, kami malah bertemu anak kelas lain yang kabur dari sekolah dan beristirahat di lapangan basket kampus. Sebelumnya aku dan Bram sudah mengetahui rencana anak-anak OSIS yang akan berjualan minuman di GOR sekolah untuk mencari dana untuk Prom Night. Aku dan Bram ingin turut serta membantu mereka, karena kami juga panita  Prom Night. Akhirnya, kami dan Hadi dan Jordi ke GOR sekolah.
Di sana kami menemui kakak-kakak kelas yang sedang sibuk mempersiapkan dagangan mereka. Aku sempat membeli segelas minuman di stand itu. Hingga akhirnya datang seseorang berkemeja hijau datang dari arah pintu GOR atas à Pak Agus. Pak Agus mengetahui keadaan kelas kami yang sekarang kosong. Spontan, beliau menyuruh kami berempat untuk mengikuti pelajaran Kimia yang adalah pelajaran terakhir di hari itu. Dengan berat hati, kami masuk ke kelas dan duduk diam di dalam. Beruntung hari itu Pak Jumadi hanya sharing dan tidak memberikan materi Kimia yang njlimet.
Kami dipulangkan pukul 14.00 WIB. Kami berempat kembali ke stand yang ada dekat GOR. Tiba-tiba, Dian yang sebelumnya juga ikut membolos dengan kami datang dengan sudah mengenakan pakaian basketnya. Dia menghampiriku dan memarahiku karena aku dianggapnya sebagai pengkhianat. Bagaimana bisa? Itu karena aku kembali ke sekolah untuk mengikuti pelajaran tanpa mengajak teman-teman yang lain. Padahal, itu bukan maksudku kembali ke sekolah. Aku dan 3 teman lain ketahuan oleh Pak Agus. Sulit menjelaskannya pada Dian yang pada saat itu sedang terbakar emosi.
Lalu aku pulang ke rumah, seperti biasa dengan kendaraan umum. Setiba di rumah, aku langsung mengoneksikan internet dengan netbook. Aku mencoba menjelaskan kejadian hari itu di grup Facebook kelas, agar tidak ada kesalahpahaman tentang statusku saat itu sebagai ‘pengkhianat’. Akhirnya teman-teman bisa menerimanya, dan cap pengkhianat pun lepas dariku. Saat itu aku berjanji pada teman-teman: jika mereka mendapat hukuman dari sekolah, aku dan teman-teman yang kembali ke sekolah juga akan mengerjakannya dan berkata jujur bahwa kami juga membolos, eh, minggat.

Begitulah jalan cerita bagaimana kami sekelas bisa terlibat dalam tugas yang bikin pegel ini. Aku dan teman-teman sangat menyesal. Aku berjanji untuk tidak melakukannya lagi, sekalipun hanya tersisa aku di kelas. Ini membolos yang pertama dan terakhir bagiku.
Kedisiplinan , ketertiban dan ketaatan memang seharusnya melekat pada diri setiap seorang pelajar. Sudah pasti guru dan orangtua mengajarkannya pada kami. Namun berat bagi pelajar untuk menahan godaan untuk membolos jika keadaannya seperti yang ada di hari Jumat itu. Papakuku pun mengakuinya, jika memang berat menahan godaan untuk bolos jika sekolah sepi seperti itu. Tapi Papa sebagai salah satu orang yang kuteladani mengatakan bahwa “Wajar jika anak SMA melakukannya, itu masih kenakalan remaja bukan kejahatan. Namun, bukan berarti anak SMA harus pernah membolos. Tak apalah kamu(aku) melakukannya, tapi jangan diulangi lagi. Cukup sekali, dan jadikan itu pelajaran dan pengalaman berharga bersama teman-teman SMA-mu.”
Dan yang aku dapatkan atas pengalaman berharga ini adalah sekalipun aku sudah melakukan sesuatu baik itu benar maupun salah, aku harus bersedia bertanggung jawab atas perbuatanku itu, konsekuen menerima segala resiko yang ada. Aku juga sekarang merenung, kenapa aku harus kabur dari sekolah yang bagus itu, padahal di luar sana masih banyak saudara-saudara seumuran yang ingin sekolah? Jangan sia-siakan kesempatan dan waktu yang ada padamu, Tyo!



 andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo

Friday, April 20, 2012

Bolos Berjama'ah (Perdana)

Maaf kawan-kawan, bukannya saya dan Bramantya dan Sabdo dan Jourdeane balik ke sekolah untuk mengkhianati kalian atau untuk cari sensasi atau untuk cari nilai tambah atau untuk cari perhatian dari guru atau yang lainnya.


Begini, biar saya jelaskan :


Sepulang dari rumah Karin, kami berempat pergi ke lapangan basket UKSW dengan niat untuk menyaksikan POM voli, tapi kami tak menemui apapun, malah ketemu anak-anak X2 dan X3 sedang mengobrol. Sebelumnya, saya dan Bram sudah berjanji pada salah satu kakak kelas untuk ikut membantu USDA (usaha dana) Prom Night dengan berjualan minuman di sekolah. Jadi sekitar pukul 12.45 WIB saya ke sekolah bersama Hohok, karena Bram dan Jordi males-malesan untuk ikut. Tapi akhirnya mereka ikut juga.


Sampai di sekolah, kami langsung menuju ke dekat TU, tempat untuk berjualan. Sekitar 10 menit di sana, datanglah seseorang berbaju hijau --> Pak Agus.


Kami mencoba untuk menyembunyikan diri, tapi gagal. So, KETAUAN BOLOS.


Beliau berkata "Jordi, itu panggil temen-temenmu, X5 gak ada isinya. Temui Pak Jumadi!"



Lalu akhirnya dengan benar-benar terpaksa dan penuh rasa malas, kami ke kelas dan mengikuti kelasnya Pak Jumadi, gak pelajaran cuma cerita-cerita tentang Sekolah Lab.
Di tengah-tengah perbincangan, datanglah Raras dari X2, jadi sekarang ada 5 siswa di kelas.
Kami dipulangkan tepat pukul 14.00 WIB. Dan kami balik ke stand tempat jualan minum. Sampai akhirnya datang Dian, dengan penuh emosi (yang kata Hohok "Dian actingnya jago ya.") menghampiri gue, eh, saya (bisa dibilang nge-labrak saya).


"Tyok! Kekancanmu tipis yo! Kowe mbalik kelas melu pelajarane Pak Jum to?!?! Aku reti dikandani cah X4! Sak kelas jengkel karo kowe reti ra!", kata Dian. #kenapa cuma saya yang kena marah :'(


Saya menjawab, "Iya, tapi tunggu aku jel......"


Dian memotong perkataan saya, "Ash mboh, pokoke aku wes reti!"


Saya menjawab lagi, "Sek toh, itu coba tanya Hohok gimana cerita sebenernya."


Hohok merespon "Sabar to Ian, kamu lebih percaya kita apa anak kelas lain?"


Dian pergi.
Sekitar 7 orang di stand jualan mendadak hening.


Begitu singkat (agak panjang) cerita.
--------------------------------------------------------------------------------------------------


Intinya adalah :


- Kami, terutama saya, benar-benar MINTA MAAF kalo apa yang kami lakukan mengecewakan kalian. Kejadian ini di luar keinginan kami. Ini insiden.


- Kami berlima (termasuk Raras) sudah bersepakat JIKA TEMAN-TEMAN X5 LAINNYA DIHUKUM KARENA MEMBOLOS, KAMI JUGA AKAN IKUT KENA HUKUMAN.
- Memang Pak Jum jadi memuji kami berlima karena kami masih ikut pelajaran dia, tapi saya dan Hohok sudah menjelaskan bahwa kami sebelumnya juga ikutan bolos, dan ketika kembali ke sekolah untuk bantu jualan, kami ketauan Pak Agus.
- Sekali lagi, kami mohon maaf kalau perbuatan kami tadi siang mengecewakan kalian. Ini di luar kuasa kami sebagai anak yang gak jago bolos.


FYI :


- Terima rapor Jumat minggu depan.
- Minggu depan dikasi formulir penjurusan :D






andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo

Saturday, February 4, 2012

Kebanggaanku !

Seminggu yang lalu, gue bersama Hendry dan Alvin minggat ke Kediri, mau beli Gudang Garam wkwkwk
Engga lah, kami bukan fucking smoker !
Kami ke sana buat ikut lomba rubik, Kediri Fun Cube 2012.
Kalian tahu apa ? PCS (Pakumpulan Cuber Salatiga) borong 10 medali ! Yey ! 6 dari gue, dan 4 dari Hendry. Sayangnya Alvin belum berhasil :(
This is it :


andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo

Wednesday, January 18, 2012

Cerpen Pertama

Ga cuma blogging, gue juga bisa bikin cerita loh ! (lha so -_-)
Ini juga cerita gue dan temen-temen bikin karena tugas guru Bahasa Indonesia yang mewajibkan kita membuat cerita pendek sesuai dengan judul dan kerangka yang beliau buat. Gue rasa cerita ini cocok dijadiin FTV di SCTV, film banget dah :D
Cekidot !

 CINTA PERTAMA (judul dari guru)
Hari ini tanggal 29 November 2012. Anakku, Retno Palupi akan dilamar kekasihnya.  Aku tidak menyangka bahwa anak semata wayang yang telah kubesarkan selama 25 tahun ini akan segera pergi meninggalkanku. Rasanya baru kemarin ia merengek meminta boneka koala yang sama seperti yang dibeli temannya di Australia. Nyatanya dia sudah bukan Retno kecil lagi. Ia telah lulus berguru di Fakultas Ekonomi UKSW Salatiga, kota kelahirannya, dan telah bekerja di BNI di sana. Aku benar-benar bahagia. Retno akan segera mendampingi lelaki yang sangat amat dicintai dan mencintainya, yaitu cinta pertamanya.
    Aku jadi teringat saat aku bertemu dengan cinta pertamaku kala SMA. Saat itu aku dan keluargaku berlibur ke Puncak. Kami menginap di sebuah villa yang memang hampir setiap tahun kami singgahi. Begitu pula dengan keluarga yang singgah di villla sebelah.
    Suatu malam yang dingin, aku beranjak keluar dari villa. Langit malam itu begitu indah dihiasi bintang-bintang yang gemerlapan. Baru saja aku menyandarkan tubuhku di kursi taman, seorang lelaki muda menyapaku. Kata-katanya lembut, dan dia juga tampan.

    ‘Malam mbak. Kok malam-malam keluar?’, tanyanya.

    ‘Iya mas. Bosen dalam villa terus. Mas sendiri ngapain keluar?’

    ‘Itu tuh, ke warung kopi di ujung sana. Masuk ke dalam saja mbak daripada kedinginan.’

    Lalu ia beranjak pergi ke arah warung kopi yang cukup ramai di ujung jalan. Aku melangkahkan kaki kembali ke dalam villa. Dan semenjak itu, aku merasa ada yang berbeda dengan dirinya, dia yang menyapaku malam itu. Aku ingin mengenalnya lebih jauh lagi, pikirku saat itu.
    Keesokan harinya di hari Minggu, aku dan keluargaku mengikuti kegiatan memanen teh yang juga diikuti keluarga lain. Seluruh peserta kegiatan dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Aku dan keluargaku terbagi dalam kelompok yang berbeda, begitu pula dengan keluarga lain. Ternyata aku dan lelaki yang belum kuketahui siapa namanya sejak malam itu tergabung dalam satu kelompok. Semenjak itulah kami menjadi akrab. Bahkan karena kami begitu asyik memanen teh dan bercanda bersama, aku belum mengetahui siapa namanya, begitu sebaliknya. Sampai kemudian keadaan menjadi hening sejenak.

    ‘Oh iya, aku Priyono. Nama kamu siapa?’, katanya lembut.

    ‘Suhestri.’, jawabku singkat.

    Aku tak bisa berkata-kata lagi. Kurasa aku jatuh cinta padanya. Ya, dia, Priyono, cinta pertamaku.

Seusai liburan, aku kembali ke kesibukanku di kota kembang, Bandung. Aku masih sangat mengingat Priyono yang baik itu. Tapi kami tak sempat bertukar alamat untuk berkirim surat. Sampai suatu sore Pak Pos membawakan sesuatu untukku. Sebuah surat beramplopkan kertas putih dengan perangko bergambar bunga mawar. Itu surat dari Priyono! Aku senang sekali mendapatkannya. Senangnya lagi, ia mengajakku untuk mengobrol di sebuah kafe di daerah Dago lusa.
2 hari kemudian Priyono datang ke rumah untuk menjemputku. Kami segera berangkat ke kafe favoritnya itu. Setelah kami berjalan menyusuri keindahan Bandung malam, kami tiba di sebuah kafe yang tak terlalu besar, tetapi suasananya romantis. Aku ingat betul suasana malam itu. Pelayan datang, kami hanya memesan kentang goreng dan segelas susu hangat untuk kami berdua. Menunggu pesanan datang, tiba-tiba Priyono menggenggam tanganku.

‘Hestri, aku menyayangimu. Maukah kau menjadi pendamping setiaku?’, katanya.

Tentu aku mengiyakannya, dan semenjak itu aku menjalin hubungan spesial dengan Priyono, lelaki idamanku.

Setelah dua tahun menjalin hubungan dengan Priyono, suatu petang Ayah mengajakku untuk berbincang-bincang di teras. Kukira ini menyangkut bisnis keluarga yang baru kami rintis. Tapi bukan.

‘Nak, Ayah ingin kamu menikah dengan anak rekan bisnis Ayah, namanya Subagja.’

Aku tak tahu siapa Subagja. Aku tak tahu bagaimana kehidupannya. Tapi aku tak bisa menolak keinginan Ayah. Ayah sudah membesarkanku sejak kecil sendirian semenjak kepergian Ibu ketika aku masih balita. Dan ayah Subagja sudah begitu banyak membantu bisnis keluarga kami.
Seminggu kemudian, Subagja meminangku tanpa sepengetahuan Priyono. Dengan maksud menyenangkan Ayah, aku pun resmi menjadi nyonya Subagja, yang sampai saat ini masih kujalani hidupku bersama Subagja, mengarungi bahtera keluarga berpuluh tahun. Aku pun kini menyadari bahwa Subagja adalah suami yang baik. Aku mencintainya dengan sepenuh hatiku, tanpa paksaan.
Tiga hari kemudian Priyono mengetahui statusku yang baru saja dinikahi anak pengusaha. Aku khawatir Priyono akan sangat marah dan membenciku. Tapi aku bersyukur, Priyono merelakannya asal aku bahagia dengan Subagja. Aku bahagia dengannya. Kami dikaruniai anak yang cantik, Retno, yang hari ini akan dilamar kekasihnya.

Kini aku sedang duduk berdampingan dengan suamiku, menanti kedatangan calon besan kami. Aku sudah tak sabar untuk segera bertemu mereka. Entah mengapa pikiranku melayang kembali pada masa lalu, masa bersama Priyono. Anakku akan dilamar cinta pertamanya, sedangkan aku? Terakhir bertemu dengannya pun puluhan tahun lalu. Retno yang cantik, cerdas dan agak manja akan dilamar oleh cinta pertamanya, Priyanto, mirip dengan nama cinta pertamaku, Priyono.
Hampir satu jam kami menunggu, berhentilah sebuah mobil di depan rumah kami. Penumpang mobil itu mulai turun satu per satu. Seorang lelaki muda yang adalah Priyanto, seorang gadis cantik yang adalah adik Priyanto, seorang wanita yang kurasa sebaya denganku yang adalah ibu Priyanto, dan seorang laki-laki yang wajahnya tak asing bagiku yang kurasa adalah ayah Priyanto.
    Kucoba untuk mengingat-ingat dimana aku pernah melihat wajah itu. Pikiranku kembali terbang ke masa lalu. Saat dimana aku berlibur ke Puncak, saat suatu malam seorang lelaki menyapaku, saat dimana aku mendapatkan surat dari cinta pertamaku, dan ketika aku makan berdua dengan lelaki dengan wajah seperti ayah Priyanto di sebuah kafe. Ya, dia adalah Priyono, cinta pertamaku, yang ternyata adalah ayah Priyanto, yang akan menjadi mertua Retno anakku, dan yang akan menjadi besanku. Subagja juga berbisik padaku mengatakan bahwa ibu Priyanto adalah Rosita Dewi, bekas kekasih Subagja sebelum menikah denganku. Ini kebetulan, atau memang kami ditakdirkan untuk bertemu lagi dalam acara lamaran anak-anak kami?

Dramatis banget -_-

andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo

Friday, January 13, 2012

♫KAMU GAK SENDIRIAN !

    Hai, gue Radityo Yunus Utomo Wicaksono, biasa dipanggil Tyok (Tyo mestinya, dasar lidah Jawa). Gue masih imut-imut, masih SMA kelas X pula. Kalo mau tau gue lebih lanjut bisa via Facebook ‘Tyookx Uddaah Enggaa Allayyz”. Engga gue bercanda. Silahkan add akun Facebook sesuai nama asli gue.
Gue adalah bagian dari keluarga kecil yang cuma 4 ekor, papa, mama dan adek gue, si Edgar. Eh engga, itu adeknya Dika. Adek gue Tya. Mungkin yang ada di pikiran kalian setelah mengetahui nama gue dan adek gue adalah ‘Kalian anak kembar ya?’ gara-gara nama kita cuma beda O dan A. Engga, kita gak kembar, kita beda 4 tahun cahaya. Gue juga ga ngerti kenapa papa-mama ngasi nama ke kita yang mirip-mirip gitu. Takut lupa nama kita kalo udah mereka udah tua kali ya. Tapi gimana pun juga gue cinta mereka. Gue bukan apa-apa tanpa mereka.
Jujur, gue gak tau apa yang harus gue tulis sekarang. Gue bener-bener gak bisa mikir. Dan ini pertama kalinya meluangkan waktu gue untuk nulis, eh ngetik sih sebenernya (abis tulisan gue mirip rambut tantenya neneknya cucunya kakak iparnya adek tetangga gue). Semua ini karena penyakit akut yang baru aja gue derita. Galau.
Ya, gue rasa demam galau lagi nge-tren di kalangan remaja-remaji Indonesia. Ini dibuktikan dengan status-status di Home (aseeek pake english) Facebook gue. Dari sejumlah nama alay yang gue gak ngerti siapa indungnya, eh salah, induknya, sebagian besar dari mereka menunjukkan penyakit yang lagi mereka alami, dan gue juga termasuk dalam komunitas penyakit itu. Kalau ada yang namanya KJS atau Komunitas Jantung Sehat, gue bakal bikin komunitas dengan nama KGS, Komunitas Galau Sehat.

Mulai dari yang biasa-biasa aja,
    ‘Sayang, aku sepi gak ada kamu lagi di sini.’

Yang agak luar biasa,
    ‘Coba klo aq ckrg punya pacarr, aq gk bkl date sm pak rt.’

Dan yang terlalu luar biasa,
    ‘Iuuuhh, ueenak yacchh yangg poenya paccaarr, agkuuhh puengeeenn poenyah pacaarrr.’

Luar biasa alaynya.

Sama seperti yang pernah dikatakan seorang penulis yang gak homo dan gak bajingan (gue baik kan) tapi pendek (awas lo yok !), sebenernya tahapan manusia adalah bayi – balita – anak-anak – remaja – ALAY – dewasa – lansia. Gue masih inget saat-saat dimana gue lagi alay-alaynya. Waktu itu SD, dan gue udah dikasih hape sama papa-mama. Dulu gue masih dipercaya bahwa gue irit dalam penggunaan pulsa. Jadi tiap bulan dibeliin pulsa 50 ribu dan itu 2 bulan aja gue gak abis. Sekarang 10 ribu aja mungkin 10 menit udah abis. (Tiba-tiba cowok gondrong pirang lewat) ‘Tenang, kan ada kartu As’. Gue masih inget gimana bahasa sms gue dulu kelas 4 SD.

    ‘.Pa, bSa tLong jEmpuT aGku ?’

Awal kalimat aja pake titik.

Dan beruntung cewek yang dulu pernah gue deketin (gila kelas 4 SD udah deketin cewek) ternyata.... juga alay. Yessy namanya. Kali itu pertama kalinya gue ngerasa bener-bener suka sama cowok, eh cewek. Biar kata dia alay, gue bener-bener naksir sama dia, karena waktu itu gue ngerti apa itu alay, dan gue juga alay. Pertama kali gue naksir dia waktu wali kelas gue, Bu Lany, menempatkan kita pada bangku yang sama. Gue merinding waktu itu. Bulu di gigi gue juga ikutan berdiri. Gak usah dibayangin. Yessy adalah sosok wanita chinese yang tentunya puting, eh putih, dan susah melek. Tapi meski begitu dia adalah wanita tercantik bagi gue saat itu (langsung gue puter lagu James Blunt-You’re Beautiful, serius).
Gue dan Yessy ibarat awan di langit dan kapas di selokan. Maksud gue si Yessy yang awan, gue yang kapas. Nasib. Yessy lahir di tengah keluarga yang hartanya berlebih, gue lahir di tengah keluarga yang berkecukupan (yang penting kebutuhan sandang distro, pangan KFC, papan bisa buat keluyuran terpenuhi, bercanda guys). Tapi bukannya gue menilai seseorang dari hartanya, cuman dari harta yang dia miliki, Yessy bisa bawa gadget-gadget mahal ke sekolah, sepatu-sepatu merk olahraga kayak A’didik, Ni’ke-tiakbauk, Roobek dsb. Denger-denger dia juga perawatan gitu deh, biar kulit kenceng, tetep putih (dasar cina lo !). Sementara gue dengan emas dan berlian seadanya waktu itu aja cuma bawa hape harga rendah, sepatu ya merk olahraga kayak Yessy tapi yang harga cuci gudang (gue masih inget dulu beli Converse harga 80 ribu gara-gara discount), perawatan paling lulur pake air liur waktu molor. Pokoknya gue dan Yessy berbanding 180 derajat lah. Ngarep banget gue bisa dapetin dia.
Suatu ketika kita lagi sama-sama sibuk merhatiin penjelasan guru. Waktu itu kita lagi denger penjelasan Pak Puji tentang FPB dan KPK. Gue liat tangan dia lagi nganggur di dalem laci meja kita. Gue mulai berpikir ‘Pegang gak ya, pegang gak ya.’ Gila ya, gue kecil-kecil udah mikirin megang tangan cewek. Akhirnya, gue, masukin tangan gue ke kantong celana, bukan ke laci. Gue deg-degan abieess. Sorry, alay gue kumat.
Akhirnya gue memberanikan diri untuk sekedar meletakkan tangan gue ke dalam laci meja yang sama dengannya. Waktu itu gue bener-bener gak merhatiin FPB dan KPK di papan tulis. Pikiran gue hanya tertuju pada tangan putih lembut yang sering megang raket itu. FYI, Yessy adalah atlet bulutangkis sekolah waktu itu. Sekian lama menunggu, tangan gue mulai mendekat. Gue diem, mencoba memperhatikan penjelasan papan tulis, eh salah, Pak Puji (maaf pak !).
Tunggu tunggu tunggu, sebenernya apa yang kalian pikirkan tentang Tyok kecil sewaktu SD ?

    ‘Gila nih anak, kelas 4, masih cebol, dan pasti belum sunat, udah mikirin cewek segala.’

Terserah deh, gue cuma mau nyeritain kisah paling berkesan buat gue sewaktu masih chubby. Lanjut ! Gue kaget ketiak, eh ketika, ketika merasakan ada sentukan di tangan gue. Yessy menempelkan sisi luar tangannya ke sisi luar tangan gue. Lalu mata kaki kita saling berpandangan. Engga, mata yang ada di kepala gue dan kepala dia saling berpandangan. Cuma 1-2 detik. Seolah dia mengisyaratkan ‘Pegang aja Yok, gak apa-apa’, dan gue mengisyaratkan ‘Gue pegang tangannya ya, Yes ?’ Damn, ternyata gue udah kena pengaruh sinetron dan telenovela sejak SD. Tapi emang sejak TK gue sering liat telenovela di SCTV waktu itu.
Kembali ke urusan tegangan pangan, eh, pegangan tangan. Apa coba tegangan pangan, gue juga gak ngerti. Lalu tangan kecil gue mulai meraih tangan Yessy yang keringetan sama kayak gue. Pasti kalian tau gimana rasanya jadi gue saat itu. Mungkin lo pada juga udah pernah ngalami ginian. Serasa dunia akhirat cuma milik gue sama Yessy. Seperti FPB dan KPK yang di setiap pelajaran matematika mereka selalu dijelaskan bersamaan. Seperti friends gue di Facebook, dimana galau dan alay selalu muncul bersama di Home.
Yessy adalah cinta pertama gue. Gue masih simpen kartu namanya yang juga adalah sticker, lalu gue tempel ke pintu kamar gue, sampai sekarang. Gue masih simpen boneka beruang yang dia kasih ke gue waktu ulang tahun gue. Kalian juga diperbolehkan memberikan hadiah untuk saya saat ulang tahun. Hadiah dikirim ke Perum. Argomulia E.123 Salatiga 50772 atas nama Radityo Yunus Utomo Wicaksono bin Dwiprasetyo. Jangan lupa, pajak ditanggung pengirim.
Gue juga pernah dikasi duit sama Yessy. Jumlahnya juga gak dikit buat anak SD waktu itu, bahkan untuk anak SMA sekarang. 40 ribu ! Sekarang aja gue ngasi 5 ribu ke temen pikir-pikir dulu. Entah mengapa, tiba-tiba dia nanya gue ‘Yok, mau duit gak?’ Gue ngerasa rendah banget saat itu. Harga diri gue diinjak-injak. Lalu gue jawab ‘Mau mau!’.
    Hening.

Gue naksir dia 3 tahun. Kelas 4 berlanjut di kelas 5 lalu kelas 6. Gue sempet nembak dia waktu kelas 5 (keren ya gue, kelas 5 berani nembak cewek), waktu kita beda kelas. Gue 5A dan dia 5B. Waktu itu wali kelas gue suka ngupil, serius. Apesnya, karena kita beda kelas, dia ngerasa ga deket lagi sama gue. Gue ditolak 1 ½ mentah! Dan kemudian sahabatnya Yessy yang juga temen deket gue, si Melly bilang:
‘Lo bodo banget sih Yok! Ga nyadar apa, kelas 4 dulu si Yessy naksir berat sama lo!’
Gue emang ganteng (kata banyak orang loh hahaha), baik, nilai rapor bagus terus, jadi wajar kalo cewek primadona temen-temen naksirnya sama gue. Back to the story! Gue hancur waktu itu. Gue duduk di lantai, tangan di kepala, termenung, merenung.

‘Ya Tuhan, kenapa kau tak sadarkan aku. Ternyata selama ini aku tidur.’

Ada yang jawab ‘Lo melek tau gak Yok!’

Semangat gue ilang saat itu. Ketemu dia pun gue gak sanggup. Papasan di kantin, dia berlalu begitu saja (karena gue waktu SD kecil kali ya, tapi sekarang tinggi loh, curhat). So, gue malah jadian sama cewek lain, si Mila, yang pernah mencoba bunuh diri waktu pelajaran tata boga gara-gara rebutan gue sama temen cewek gue lainnya (yeah man, banyak yang naksir gue dulu, serius, sekarang juga sih hahaha).
Di kelas 6 gue sekelas lagi sama Yessy, dan..... kita sebangku. Dengan sebab yang sama, kita ditempatkan sebangku oleh wali kelas 6B, Bu Har. Gue bertekad kali ini gue ga boleh gagal lagi ngedapetin Yessy. Dia cinta mati gue, waktu itu gue ngerasa gitu. Gue deketin dia lagi, mulai smsan lagi, dan gue udah gak terlalu alay. Gue masih inget dulu sempet nulis surat cinta ke dia. Bukan gue yang nulis, si Elsa temen gue yang nulis, karena ya itu, tulisan gue ancur (miris). Di surat itu gue menekankan bahwa gue adalah ‘alien cinta’. Alay gue makin parah ternyata. Gue udah lupa gimana isi surat itu. Yang jelas gue ngasi tau ke dia kalo kita ini berbeda jauh, bagaikan manusia dan alien, tapi gue adalah alien yang bisa merasakan cinta di atas segala perbedaan itu.

    Lagi, gue ditolak.

Temen gue tanya ‘Kenapa Yok?’ (sambil nangis dia baca cerita ini).
Yessy udah menemukan cintanya dari SD lain, yang sesama atlet bulutangkis. Kata Yessy biar papi ngebolehin. Lagi, gue hancur berkeping-keping. Kayak keramik yang udah patah, lalu diinjek dan menjadi remah-remah. Gue nyadar kalo mungkin memang Yessy maksimal cuma bisa jadi temen-saling-suka gw. Kelas 6 itu, gue coba lupakan urusan cinta, dan serius belajar untuk menghadapi UASBN yang adalah syarat kelulusan waktu itu. Gue benci UASBN (ini kritik).

Sekarang gue udah SMA, dan kembali menjomblo. Setelah gue putus sama si Delta yang menurut gue dia kekanak-kanakan. Sorry. Selama ini gue udah mencoba menjalin hubungan sama beberapa cewek, tidak sekaligus! Dan kegagalan itu gue jadiin pelajaran untuk menghadapi cewek selanjutnya, atau mungkin atlet bulutangkis selanjutnya, atau apapun lah dia (yang penting bukan cowo). Gue belajar untuk memberanikan diri untuk nyatain perasaan gue ke temen cewek yang lagi deket sama gue, tentunya gue gak asal ngomong. Gue juga butuh teman sebagai penasihat gue. Kapan gue harus nyatain perasaan gue, gimana cara nyatainnya, apa yang bakal terjadi setelah gue nyatain perasaan gue ke dia, semua gue pertimbangkan sama temen-temen.
Gue ga bisa menyimpulkan tulisan ini. Mudah-mudahan kalian bisa mengambil sesuatu dari tulisan ini. Gue cuma mau ingetin : ‘Ga ada salahnya kita nyoba buat ngelakuin sesuatu (dalam bagian ini nyatain perasaan kita ke orang lain), tapi kita punya masa depan yang harus kita pikirkan secara matang biar gak dapet hasil memuakkan, dan kita punya banyak orang di sekitar kita, mereka yang kenal sama kita dan ngerti kita, mintalah pendapat, jangan berbuat segala sesuatu sendiri, dan yang terpenting andalkan TUHAN.’

andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo

Tuesday, January 3, 2012

Nama-Nama Alay di Facebook

Kalo biasanya ada buku yg judulnya "Nama-nama Bayi 2011", "Nama-nama Bayi Religius", "Nama-nama Bayi Populer", di sini gue mau nyoba ngumpul-ngumpulin nama-nama alya, eh, alay, di facebook :D

Here they are:
- Bongsor Sorz Sorx
- ............. Speedcuberzzz
- ......... Sang Dewa Rubik
- Sego Jagunk
- ............ Killlmz Vieerraaniaa Streetx
- .............. Adja
- ................ Ceeueee Cengengg
- ......... Tralalala
- .............. Ithoe Gahoeel
- Tomphow Benciee Dhiaa
- ........... Blablabla
- .............. Fingerboarderzzz
- ................. Poetoee Duaa Tigaa
- .......v.......... Rvock
- ................. Masih Bobog
- ................. Queenbibiebh Syalalala
- .................... Si Mbah Onji
- .................. Cah Gaul
- Gendhuut Si Gembhheell
- ................ Ddark Anggeeel
- ............. Harajuku Queen
- .................... Macie Cerewett
- .................. Emogirlzz

Ini belum semua ! JIJIK ! Segera bertobatlah, nak !

andapintarsayakoplo

Radit bin Dwiprasetyo